Senin, 09 September 2019

Ringkasan Syarah Hadits Arba'in (Hadits Ke-5)


PERBUATAN BID’AH TERTOLAK
 عَنْ أُمِّ الـمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. رواه البخاري ومسلـم
وفي رواية لـمسلـم: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah ‘Aisyah rodhiyallohu ’anha, dia berkata: “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak.”
Status Hadits dan Takhrijnya
Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 2697), Muslim (no. 1718), Ahmad (VI/73, 230, 270), Abu Dawud (no. 4606) Ibnu Majah (no. 14) dan selainnya.
Kedudukan hadits
Hadits ini sangat agung kedudukannya karena merupakan dasar penolakan terhadap seluruh bentuk bid?h yang menyelisihi syari?t, baik bid?h dalam aqidah, ibadah, maupun mu?malah.
Bid?h
Bid?h memiliki 2 tinjauan secara lughah dan secara syar?. Bid?h secara lughah berarti segala sesuatu yang tidak ada contoh atau tidak ada yang mendahuluinya pada masanya. Adapun bid?h secara syar? adalah seperti yang didefinisikan oleh para ulama, yaitu yang memenuhi 3 kriteria sebagai berikut:
1.     Dilakukan secara terus menerus.
2.     Baru, dalam arti tidak ada contohnya.
3.     Menyerupai syari?t baik dari sisi sifatnya atau atsarnya. Dari sisi sifat maksudnya seperti sifat-sifat syari?t yaitu sudah tertentu waktu, tempat, jenis, jumlah, dan tata caranya. Dari sisi atsarnya maksudnya diniati untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari pahala. Bid?h termasuk jenis Dosa Besar, karena merupakan amal kemaksiatan namun mengharapkan pahala.
Mashalihul Mursalah
Kalau seseorang tidak benar-benar memahami hakikat bid?h maka dia bisa rancu dengan sesuatu yang disebut Mashalihul Mursalah. Sepintas, antara bid?h dan Mashalihul Mursalah ada kemiripan, namun hakikatnya berbeda. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:
1.     Mashalihul Mursalah terjadi pada perkara duniawi atau pada sarana (wasilah) demi penjagaan lima maqosid syari?t yaitu agama, jiwa, harta, keturunan, dan akal. Sementara bid?h terjadi pada ibadah atau ghayah.
2.     Mashalihul Mursalah tidak ada tuntutan (kebutuhan) untuk dikerjakan pada masa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, adapun bid?h tuntutan (kebutuhan) untuk dikerjakannya sudah ada pada masa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.

0 komentar:

Posting Komentar